Selimut Hati, Rabu, 2 Agustus lalu adalah pemutaran perdananya.
Dulu saya sempat jadi peniknat sinetron, tapi sekarang, mungkin sinetron-sinetron cuma bisa dinikmati 3-5 episode pertamanya saja. Kalau ceritanya cukup bagus, mungkin bisa ditonton sampe 12-15 episode. Selanjutnya, biasanya cerita-ceritanya “ngelantur”.
Sebenarnya sinetron-sinetron Indonesia memiliki ide-ide cerita yang menarik (walau memang cukup banyak juga ide-ide cerita hasil “nyomot” dari film luar). Tapi sayang, terkadang justru ide cerita utama dari sinetron hanya ditekankan pada bagian episode-episode awal saja, episode selanjutnya, biasanya hanya menceritakan berbagai penderitaan dan kekejaman oleh tokoh antagonis cerita.
Ambil contoh sinetron ini. perhatikan sinopsis episode 1 disinetron ini dengan sinopsis global cerita. Keduanya hampir sama persis.
Berikut ini dikutip dari sinopsis episode 1
Karin tidak bertanggung jawab dengan Dandi (anak Karin) dan Wisnu. Dia terus mementingkan karir modelnya. Rasti dengan setia selalu membantu merawat Dandi. Sementara Karin selalu berlaku kasar terhadap Rasti. Sampai suatu hari Karin pergi meninggalkan Dandi dan Wisnu hanya untuk karir modelnya. Wisnu marah dan tidak ingin menerima Karin kembali.
Akhirnya untuk memperbaiki nama baik keluarga mereka, orang tua kedua belah pihak setuju untuk menikahkan Wisnu dengan Rasti. Hingga Karin mengetahui kabar tentang pernikahan mereka. Apa yang akan dilakukan Karin?
Kalimat terakhir “…Apa yang akan dilakukan Karin?” saya tampaknya agak yakin. Disanalah yang akan menjadi inti ceritanya. Mungkin mulai episode 3 dan seterusnya … sinetron ini hanya akan menceritakan intrik-intrik (kekejaman) Karin dan cerita tentang (penderitaan) Rasti.
Padahal kalau di-telenovela, cerita seperti episode 1 itu mungkin bisa dibuat setidaknya 4 sampai 10 episode. Memang tidak terlalu masalah kalau perubahan se-drastis itu (Wisnu meninggalkan Karin dan menikah dengan adiknya) dibuat dalam 1 episode, hanya saja kalau sebagian besar isi cerita nantinya cuma berisi tentang “…Apa yang akan dilakukan Karin?”, rasanya ngga seru dong! 😦
Hah … terlalu mudah ditebak.
Satu pemikiran pada “Selimut Hati”