Walau termasuk jalan raya utama, tapi lewat magrib biasanya suasana jalan didepan rumahku ini sudah mulai sepi. Tapi, berhubung ini hari lebaran suasana lebih ramai dari biasanya. Hal ini membuat cukup banyak orang mengambil kesempatan dari keadaan ini untuk bisa memperoleh uang tambahan.
Bapak ini, … ia berjualan kerupuk. Masih ingat kerupuk kecil-kecil yang dibungkus kertas berwarna? Ya, disini (Sumedang) kita masih bisa membelinya dengan harga Rp. 1.000/3 pcs. Relatif sangat murah. Kalau dihitung-hitung, berapa sih keuntungan yang ia bisa peroleh dengan berjualan kerupuk seperti itu? (saya rasa ga banyak)
Kasian juga pak tua ini. Mungkin sejak pagi sudah mulai keluar untuk menjajakan dagangannya. Seharian jalan, tapi tak banyak yang membeli. Saya lihat dagangannya masih banyak. Yah, anak sekarang! siapa sih yang mau beli jajanan kayak gini? Jaranglah!
Disamping, ada tukang parkir dadakan. Cuma nangkring kayak gini, tiup-tiup priwit, formalitas cuma keliatan kerja. Cuma gitu doang, dapet Rp. 500 – Rp. 1.000. Dan saya jamin, penghasilan tukang parkir ini jauh lebih besar daripada pak tua penjual kerupuk tadi.
Ironis! Kerja keras, kerja baek-baek … hasilnya dikit. Kayak orang korupsi trilyunan, misal dipenjara 20 tahun. Setelah sita, sebut ada sisa 100 milyar. Nah, setelah keluar dari penjara, nikmatinlah itu uang. Nah, kita yang kerja “jujur” selama 20 tahun, blon tentu dapet segitu. 😦 Jadi … ironi memang. Tapi … 🙂 mungkin penghiburan bagi kita adalah … walau harta yang kita dapat tidak banyak, tapi semuanya dapat dipertanggungjawabkan dihadapanNya.
Hah … tapi, tetep aja. Kasian juga pak tua itu, jualan kerupuk. 😦 Saya beli Rp. 2.000 🙂 … segitu aja sampe sekarang blon abis.