Cinta boleh dikatakan tak mungkin nyata tanpa adanya pengorbanan. Kadang kala ada hal yang perlu dikorbankan demi kepentingan yang dicintai. Tapi bagaimana jika cinta kepada kemanusiaan yang damai dan sejahtera dicapai dengan mengorbankan sebagian umat manusia? Apalagi jika didasari dengan perhitungan matematis yang logis dan valid.
Namun herannya, mengapa kita tidak dapat menerima tindakan itu? Sedangkan pengorbanan para pembela “kebenaran” atas dasar cinta pada manusia dapat diterima bahkan sangat dikagumi? Ataukah sebenarnya cinta dan pengorbanan adalah kondisi hati dan wujud tindakan yang membutuhkan standar dan pedoman?
Jika demikian, maka kita perlu mengevaluasi kembali hal-hal yang kita cintai dan korbankan. Sebab cinta dan pengorbanan adalah keadaan hati dan tindakan yang mulia. Dan tentu saja, pada akhirnya kita dapat tertipu karena kemuliaan itu telah kita jadikan alat untuk kebodohan dan kejahatan. Jangan-jangan inilah yang disebut sebagai peperangan tanpa batas: perang kemanusiaan atas nama cinta